PP AL Mukhtariyah As Syafi'iyah - Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah dan merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Dalam sejarah Islam, bulan ini memiliki tempat khusus sebagai bulan yang penuh keberkahan dan kemuliaan. Banyak peristiwa penting terjadi dalam bulan ini, salah satunya adalah diselamatkannya Nabi Musa `alaihis salam dan kaumnya dari kejaran Fir’aun, yang kemudian diabadikan sebagai hari Asyura. Bulan ini juga menjadi waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, terutama puasa.
Penetapan bulan Muharram sebagai awal tahun Hijriyah berawal dari masa kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Saat itu umat Islam mulai mencatat tahun-tahun berdasarkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah sebagai tonggak sejarah umat Islam. Dari berbagai usulan mengenai bulan apa yang menjadi awal tahun, para sahabat sepakat menjadikan bulan Muharram karena dua alasan:Pertama, bulan Muharram adalah bulan yang datang setelah bulan Dzulhijjah, di mana umat Islam baru saja menyelesaikan ibadah haji, sehingga dianggap sebagai awal yang suci. Kedua, pada bulan Muharram Nabi bertekad untuk berhijrah walaupun baru dilaksanakan di bulan Rabi’ul Awwal.Dalam kitab al-Ghun-yah li Thālibī Ṭarīq al-Ḥaqq karya Sayyid Abdul Qadir al-Jilani, disebutkan:
“وَافْتَتَحَ اللهُ سَنَةَ الْإِسْلَامِ بِشَهْرِ الْمُحَرَّمِ، وَخَتَمَهَا بِذِي الْحِجَّةِ، لِيَكُونَ أَوَّلُهَا مُحَرَّمًا وَآخِرُهَا حَرَمًا.”
“Allah membuka tahun Islam dengan bulan Muharram dan menutupnya dengan Dzulhijjah, agar awal dan akhir tahun tersebut berada dalam bulan-bulan yang dimuliakan (haram).”
Dalam kitab fathul Bari karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani disebutkan :
وَإِنَّمَا أَخَرُوهُ من ربيع الأول إلى المحرم لأن ابتداء العزم على الهجرة كان في المحرم إذ البيعة وقعت في أثناء ذي الحجة وهي مقدمة الهجرة فكان أول هلال استهل بعد البيعة والعزم على الهجرة هلالُ الْمُحَرَّمِ فَنَاسَبَ أن يجعل مبتدأ وهذا أقوى ما وقفت عليه من مناسبة الابتداء بالمحرم
“Dan sesungguhnya penetapan (kalender hijriyah) tidak dimulai dari bulan Rabi’ul Awwal, melainkan dari bulan Muharram, karena tekad untuk melakukan hijrah telah dimulai pada bulan Muharram. Sebab, Bai’at Aqabah terjadi di pertengahan bulan Dzulhijjah, dan baiat itu adalah pendahuluan (pembuka jalan) bagi hijrah.”penjelasan diatas merupan penjelasan dari Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari tentang alasan ditetapkannya bulan Muharrom sebagai awal tahun dalam kalender hijriyah. Meskipun peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah terjadi di bulan Rabi’ul Awwal, para sahabat sepakat menetapkan awal kalender hijriyah pada bulan Muharrom. Hal ini karena tekad untuk berhijrah telah muncul sejak bulan Muharrom, tepatnya setelah peristiwa Bai’atul Aqabah yang terjadi pada pertengahan bulan Dzulhijjah. Bai’at itu merupakan titik awal kesepakatan dan tekad kaum Muslimin untuk berhijrah. Maka saat muncul hilal Muharrom, dimulailah fase pelaksanaan niat hijrah tersebut. Oleh sebab itu, bulan Muharrom dianggap paling tepat untuk dijadikan awal penanggalan hijriyah, karena ia menandai dimulainya fase perubahan besar dalam sejarah Islam—yaitu hijrah Nabi dan kaum muslimin dari Makkah ke Madinah.
Bulan Muharram termasuk dalam empat bulan haram (الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ), yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam bulan-bulan ini, umat Islam dianjurkan menghindari segala bentuk perbuatan maksiat dan memperbanyak ibadah.Dalilnya terdapat dalam Al-Qur’an:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
(QS. At-Taubah: 36)
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan-bulan itu dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.Menurut para ulama tafsir seperti Imam Qurtubi dan Ibnu Katsir, “jangan menzalimi diri” dalam ayat ini bermakna memperbanyak amal kebaikan dan meninggalkan maksiat karena nilai amal dilipatgandakan.
Di antara keutamaan besar di bulan Muharram adalah anjuran berpuasa pada tanggal 9 (Tasu’a) dan 10 (Asyura). Rasulullah ﷺ bersabda:
“أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ”
Artinya: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.”(HR. Muslim no. 1982)
Khusus hari Asyura (10 Muharram), Nabi ﷺ juga bersabda:
“أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ”
Artinya: “Aku berharap kepada Allah agar puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim no. 1162)
Untuk membedakan diri dari kebiasaan Yahudi yang juga berpuasa pada hari Asyura, Rasulullah ﷺ menganjurkan umat Islam menambahkan puasa sehari sebelumnya, yakni tanggal 9 Muharram (Tasu’a). Dalam hadis lain, beliau bersabda:
“لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ”
Artinya: “Jika aku masih hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan berpuasa juga pada tanggal sembilan.”(HR. Muslim no. 1134)
Berikut niat puasa tasu’a dan ‘asyuro :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”
Sedangkan contoh lafal niat puasa sunah Asyura sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Bulan Muharram adalah awal yang suci dalam kalender Islam dan memiliki keistimewaan yang agung dalam pandangan syariat. Ditetapkannya bulan ini sebagai awal tahun Hijriyah mengandung nilai simbolik bahwa umat Islam memulai tahun dengan bulan yang penuh berkah dan larangan terhadap dosa. Termasuk dalam bulan-bulan haram, Muharram mengajarkan umat untuk lebih taat dan menjauhi keburukan. Keutamaan puasa Tasu’a dan Asyura semakin menambah keistimewaannya sebagai momentum untuk meraih ampunan dan kedekatan dengan Allah.Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita menyambut bulan Muharram dengan memperbanyak amal saleh, introspeksi diri, dan tekad memperbaiki amal selama setahun ke depan. Semoga Allah memberikan keberkahan di bulan yang mulia ini, dan menerima amal kita sebagai bentuk ketaatan yang ikhlas.Apabila Anda menginginkan versi dokumen atau PDF dari artikel ini, saya juga bisa bantu buatkan.