Kamis, 9 Oktober 2025

Terbit : Kam, 29 Mei 2025

Kilas Balik Perang Muth’ah

Oleh : Humas Mukhtariyah As Syafi'iyah Artikel
Kilas Balik Perang Muth'ah

PP AL Mukhtariyah As Syafi'iyah - Perang Mu’tah adalah pertempuran bersejarah dalam sejarah Islam, yang terjadi pada bulan jumadil awal tahun 8 Hijriyah. pertempuran ini dalam sejarah Islam disebut sebagai Ghozwah, tetapi sebenarnya adalah Sariyyah ( Nabi tidak ikut berperang ) , karena ada pesan-pesan penting dari nabi Muhammad saw, kepada para prajurit. Perang ini terjadi di daerah Mu’tah, sebuah kawasan yang terletak di Syam (sekarang bagian dari Yordania), yang melibatkan pasukan Muslim melawan kekuatan Romawi yang besar. Penyebab utama perang ini adalah pembunuhan seorang utusan Nabi Muhammad SAW, yaitu Al-Harits bin ‘Umair al-Azdi, oleh pasukan Bizantium di wilayah Mu’tah. Pembunuhan utusan tersebut tidak hanya melanggar hukum internasional yang berlaku pada waktu itu, tetapi juga merupakan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan umat Islam.

Untuk menghadapi ancaman tersebut, Nabi Muhammad SAW mempersiapkan pasukan untuk menyerang pasukan Romawi yang telah berkembang sangat besar jumlahnya. Pasukan yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah ini terdiri dari sekitar 3.000 orang, yang merupakan pasukan elit umat Islam pada masa itu. Sebelum memberangkatkan pasukan, Nabi memberikan pesan kepada pasukannya bahwa apabila Zaid terbunuh, komando pasukan akan diteruskan kepada Ja’far bin Abi Thalib, dan jika Ja’far juga terbunuh, maka komando akan jatuh kepada Abdullah bin Rawwahah.

Setelah pasukan Muslim tiba di Ma’ab, sebuah kawasan di Yordania, mereka menerima kabar yang sangat mengkhawatirkan. Pasukan Romawi yang dipimpin oleh Heraklius sudah berkumpul di daerah Ma’ab, yang terletak di wilayah Balqa’, dengan jumlah sekitar seratus ribu orang. Pasukan Romawi ini semakin besar jumlahnya, karena semakin banyak relawan yang bergabung dengan mereka, yang menambah jumlah pasukan mereka menjadi sekitar dua ratus ribu orang. mereka berhadapan dengan pasukan besar yang berjumlah sekitar dua ratus ribu personel yang terdiri dari Arab kafir dan orang-orang Romawi . Jumlah pasukan Romawi yang sangat besar ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pasukan Muslim yang berjumlah jauh lebih sedikit.

Dalam situasi ini, beberapa sahabat Nabi merasa ragu dan berinisiatif untuk mengirim surat kepada Nabi Muhammad SAW, meminta tambahan pasukan atau perintah untuk mundur. Namun, sikap tegas dan keberanian dari Abdullah bin Rawwahah menjadi contoh nyata bagi pasukan Muslim. Abdullah bin Rawwahah berdiri dan memberikan orasi yang menggugah semangat perjuangan pasukan. Beliau berkata dengan penuh keyakinan, “Demi Allah, apa yang kalian takutkan? Bukankah kalian keluar untuk menggapai mati syahid? Kita tidak berperang karena jumlah, atau banyaknya pasukan. Kita berperang semata-mata karena agama yang Allah muliakan ini. Berjuanglah! Karena ada dua kebaikan yang telah menanti, kemenangan atau mati syahid!”

Orasi Abdullah bin Rawwahah ini menjadi seruan yang sangat menginspirasi bagi pasukan Muslim. Melalui kata-katanya, beliau menegaskan bahwa peperangan bukanlah tentang jumlah atau kekuatan materi, tetapi tentang keyakinan dan niat untuk berjuang demi agama Allah. Kata-kata beliau mengingatkan pasukan bahwa yang lebih penting dari jumlah pasukan adalah ketulusan niat dan keyakinan dalam perjuangan. Abdullah bin Rawwahah juga menekankan bahwa ada dua pilihan yang sangat mulia bagi mereka: kemenangan atau mati syahid. Dengan semangat yang membara, pasukan Muslim akhirnya memutuskan untuk tetap melanjutkan pertempuran meskipun menghadapi lawan yang jauh lebih besar.

Perang yang tidak seimbang itu akhirnya pecah, mereka saling menyerang, sehingga Zaid bin Haritsah komandan pertama pasukan Islam, gugur sebagai syahid. Kemudian Ja’far bin Abi Tholib segera mengambil alih kepemimpinan dan mengambil bendera lalu menyerang lawan, hingga tangan kanannya putus terkena sabetan pedang lawan, bendera lalu jatuh dan dia ambil kembali dengan tangan kirinya tetapi putus pula tangan kirinya, kemudian didekapnya bendera itu sampai akhirnya dia tewas terbunuh oleh lawan. Bendera kemudian diambil oleh Abdullah bin Rawwahah, tetapi nasibnya sama dengan dua sahabatnya, namun semangat juang dan keberaniannya tidak surut dia terus berjuang hingga akhirnya juga gugur sebagai syahid, sebagaimana yang telah diwartakan oleh Nabi Muhammad SAW sebelumnya.Setelah kematian ketiga komandan tersebut, Akhirnya bendera itu diambil oleh Kholid bin Al-Walid, dan dia berhasil menyelamatkan pasukan Muslim mundur dari medan perang karena kehabisan pasukan dalam menghadapi pasukan yang sangat besar.  dengan taktik perangnya yang sangat jitu, sehingga tentara-tentara Islam diajaknya mundur dengan teratur. Walaupun pasukan Muslim tidak meraih kemenangan secara militer, pertempuran ini menunjukkan keteguhan hati dan keberanian luar biasa dari para sahabat Nabi, serta menjadi bukti bahwa mereka berjuang bukan untuk kemenangan duniawi, melainkan demi mendapatkan ridha Allah.

Di antara pesan-pesan penting nabi Muhammad saw, adalah pesan beliau kepada pasukan perang Mu’tah, yaitu beliau melarang pasukan membunuh pendeta-pendeta, kaum wanita, anak-anak kecil, orang-orang usia lanjut dan melarang menebang pohon-pohon.

Perang Mu’tah mengajarkan umat Islam dua pelajaran penting. Pertama, bahwa perjuangan di jalan Allah bukanlah tentang kekuatan fisik atau jumlah pasukan, tetapi tentang ketulusan niat dan keyakinan akan kemenangan atau syahid.Kedua, semangat juang yang tinggi dan keberanian para sahabat Nabi, seperti Abdullah bin Rawwahah, menunjukkan betapa pentingnya menguatkan hati dan tidak takut menghadapi tantangan besar demi menegakkan agama Allah.

*Disarikan dari Durusu aT-tarekh aL-Islami

Pondok Pesantren Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, PP Al Mukhtariyah As Syafi'iyah,Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, Pondok Pesantren Indonesia, Pondok Pesantren Jawa Timur, Pondok Pesantren Tuban, Pondok Pesantren Jenu, Pondok Pesantren Tertua, Pondok Pesantren Salaf, Pondok Pesantren Al Anwar, Pondok Pesantren Terpopuler, Pondok Pesantren Manbail Futuh, Pondok Pesantren terbaik Jawa Timur, Pondok Pesantren Langitan

Tulis Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PP AL MUKHTARIYAH AS SYAFI'IYAH
Jl.Masjid Besar Baiturrahman Beji Jenu Tuban
  • Website Pondok Pesantren tahap pengembangan untuk meningkatkan pelayanan kepada santri, orang tua, dan masyarakat umum. Pengembangan ini adalah untuk menyediakan platform yang lebih efisien, serta memperkenalkan kegiatan dan program yang ada di pondok pesantren secara lebih interaktif.
Pondok Pesantren Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, PP Al Mukhtariyah As Syafi'iyah,Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, Pondok Pesantren Indonesia, Pondok Pesantren Jawa Timur, Pondok Pesantren Tuban, Pondok Pesantren Jenu, Pondok Pesantren Tertua, Pondok Pesantren Salaf, Pondok Pesantren Al Anwar, Pondok Pesantren Terpopuler, Pondok Pesantren Manbail Futuh, Pondok Pesantren terbaik Jawa Timur, Pondok Pesantren Langitan
Pondok Pesantren Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, PP Al Mukhtariyah As Syafi'iyah,Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, Pondok Pesantren Indonesia, Pondok Pesantren Jawa Timur, Pondok Pesantren Tuban, Pondok Pesantren Jenu, Pondok Pesantren Tertua, Pondok Pesantren Salaf, Pondok Pesantren Al Anwar, Pondok Pesantren Terpopuler, Pondok Pesantren Manbail Futuh, Pondok Pesantren terbaik Jawa Timur, Pondok Pesantren Langitan