Kamis, 9 Oktober 2025

Takmir

Almaghfurlah KH Bisyrul Khafi Sholeh

Almaghfurlah KH Bisyrul Khafi Sholeh
Nama Almaghfurlah KH Bisyrul Khafi Sholeh
Posisi Pendiri dan Pengasuh

PP AL Mukhtariyah As Syafi'iyah - Mbah Bis, sejak usia 7 tahun, dijanjikan oleh Mbah Sholeh untuk mondok jika mampu menghafal Jurumiyyah pada usia 12 tahun. Namun, janji itu tidak terealisasi, karena Mbah Sholeh tidak memberangkatkannya ke pondok pesantren. Tanpa sepengetahuan ayahnya, Mbah Bis akhirnya memutuskan untuk berangkat mondok sendiri, meskipun tanpa bekal sedikit pun.

Mbah Bis berangkat menuju Sarang dengan berjalan kaki. Di pondok pesantren, makanan yang tersedia bagi Mbah Bis adalah sego (kerak nasi) atau pace (sejenis mengkudu).

Setelah menghabiskan waktu satu setengah tahun (lebih kurang 13 tahun), Mbah Zubair dan Mbah Mad mengorganisir jamaah haji. Dalam kelompok itu, Mbah Bis terpilih berangkat ke Makkah, karena termasuk dalam saudara mindoan (keluarga dekat).

Pengalaman di Makkah dan Keajaiban Air Zamzam

Sesampainya di Makkah, Mbah Bis memutuskan untuk tinggal dan mencari ilmu, meskipun rombongan jamaah haji meninggalkannya setelah sebulan. Tanpa uang dan bekal makanan, Mbah Bis hanya mengandalkan air zamzam untuk bertahan hidup. Keajaiban terjadi, Mbah Bis tidak pernah merasa lapar berkat berkah dari air tersebut.

Setelah sebulan, Mbah Bis akhirnya bertemu dengan seorang guru bernama Syaikh Umar Hamdan. Hubungannya dengan Syaikh Umar sangat dekat, bahkan beliau sering diutus untuk tugas tertentu. Suatu hari, menjelang ujian sekolah, Syaikh Umar memberikan petunjuk yang sangat tepat mengenai soal ujian, yang ternyata sesuai dengan apa yang keluar, meskipun Syaikh Umar tidak pernah mengulang pelajaran tersebut.

Kembali ke Indonesia dan Pernikahan

Setelah 18 tahun di Makkah, Mbah Bis menerima surat dari Mbah Sholeh, yang memintanya untuk kembali ke Indonesia. Namun, Mbah Bis menolak untuk pulang. Beberapa waktu kemudian, Mbah Sholeh mengirim surat lagi, tetapi kali ini tanpa mencantumkan namanya, mengabarkan bahwa Mbah Sholeh telah wafat. Mbah Bis akhirnya memutuskan untuk pulang.

Setibanya di Indonesia, Mbah Bis mengetahui bahwa Mbah Sholeh masih hidup. Tidak lama setelah itu, Mbah Sholeh menikahkan anaknya, Mbah Nafisah, dengan Mbah Bis. Namun, tak lama setelah menikah, Mbah Nafisah wafat karena sakit.

Karena kedekatannya dengan Mbah Husain, yang telah mendalami Al-Qur’an selama 22 tahun di Makkah, Mbah Bis menikah lagi dengan adik Mbah Nafisah, yaitu Mbah Azizah. Dari pernikahan keduanya, Mbah Bis dikaruniai enam anak, yaitu:

  1. Mbah Nurhayati (Jakarta)
  2. Mbah Badriyyah (Jenu)
  3. Mbah Ahyat (Jenu)
  4. Mbah ‘Ariba Sholatiyyah (Tuban)
  5. Mbah Salim Irfiq (Jenu)
  6. Mbah Fuad / Ghozi (Jenu)

Pernikahan Kedua dan Kehidupan di Indonesia

Sebelum wafat, Mbah Sholeh berwasiat agar Mbah Bis menikahi istri adiknya, Mbah Humiyatun. Meski awalnya ragu karena alasan ekonomi, setelah Mbah Sholeh wafat, Mbah Bis akhirnya memenuhi wasiat tersebut. Mbah Bis menikahi Mbah Humiyatun, yang sebelumnya sudah memiliki enam anak dari Mbah Hatim Ashom. Anak-anak Mbah Humiyatun adalah:

  1. Mbah Mu’awanah (Jenu)
  2. Mbah Hamidah (Maibit Rengel)
  3. Mbah Ghozali (wafat saat kecil)
  4. Mbah Mustaqin (Jenu)
  5. Mbah Imran (Jenu)
  6. Mbah Ma’rufin (wafat saat kecil)

Dari pernikahan ini, Mbah Bis dikaruniai seorang putra bernama Abuya Fathul Jawad.

Warisan dan Keberlanjutan Keluarga

Mbah Bis tinggal di Mukhtariyyah Assyafi’iyyah sampai akhir hayatnya. Selain itu, Mbah Sholeh dan Mbah Badi’ah memiliki enam anak, yang juga menjadi bagian penting dari keluarga besar ini, yaitu:

  1. Mbah Afandi (Karangdowo)
  2. Mbah Masyithoh (Jenu)
  3. Mbah Maryam (Mentoso)
  4. Mbah Bis (Jenu)
  5. Mbah Halimah (Jenu)
  6. Mbah Hatim Ashom (Jenu)

Sebelum menikahi Mbah Badi’ah, Mbah Sholeh sebelumnya menikah dengan Mbah Abdurra’uf dari Perak, namun tidak dikaruniai anak. Pernikahan kedua dengan Mbah Maryamah pun tidak menghasilkan keturunan.

Perjalanan hidup Mbah Bis merupakan perjalanan penuh perjuangan, ilmu, dan keteguhan dalam menuntut ilmu serta menjalani kehidupan dengan penuh keberkahan. Warisan ilmu dan nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan Mbah Bis akan terus dikenang oleh generasi berikutnya.

Pondok Pesantren Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, PP Al Mukhtariyah As Syafi'iyah,Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, Pondok Pesantren Indonesia, Pondok Pesantren Jawa Timur, Pondok Pesantren Tuban, Pondok Pesantren Jenu, Pondok Pesantren Tertua, Pondok Pesantren Salaf, Pondok Pesantren Al Anwar, Pondok Pesantren Terpopuler, Pondok Pesantren Manbail Futuh, Pondok Pesantren terbaik Jawa Timur, Pondok Pesantren Langitan
PP AL MUKHTARIYAH AS SYAFI'IYAH
Jl.Masjid Besar Baiturrahman Beji Jenu Tuban
  • Website Pondok Pesantren tahap pengembangan untuk meningkatkan pelayanan kepada santri, orang tua, dan masyarakat umum. Pengembangan ini adalah untuk menyediakan platform yang lebih efisien, serta memperkenalkan kegiatan dan program yang ada di pondok pesantren secara lebih interaktif.
Pondok Pesantren Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, PP Al Mukhtariyah As Syafi'iyah,Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, Pondok Pesantren Indonesia, Pondok Pesantren Jawa Timur, Pondok Pesantren Tuban, Pondok Pesantren Jenu, Pondok Pesantren Tertua, Pondok Pesantren Salaf, Pondok Pesantren Al Anwar, Pondok Pesantren Terpopuler, Pondok Pesantren Manbail Futuh, Pondok Pesantren terbaik Jawa Timur, Pondok Pesantren Langitan
Pondok Pesantren Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, PP Al Mukhtariyah As Syafi'iyah,Al Mukhtariyah As Syafi'iyah, Pondok Pesantren Indonesia, Pondok Pesantren Jawa Timur, Pondok Pesantren Tuban, Pondok Pesantren Jenu, Pondok Pesantren Tertua, Pondok Pesantren Salaf, Pondok Pesantren Al Anwar, Pondok Pesantren Terpopuler, Pondok Pesantren Manbail Futuh, Pondok Pesantren terbaik Jawa Timur, Pondok Pesantren Langitan